Sabtu, 18 Mei 2013

laporan pendahuluan penyakit jantung rematik fever (PJR)



LAPORAN PENDAHULUAN RHEUMATIC HEART DISEASE (RHD) ATAU
PENYAKIT JANTUNG REMATIK FEVER (PJR)

A.    Definisi
·      Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth, 2001).
·      Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengansatu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002).
·      Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer, 2002).
·      Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).

B.      Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus di kulit maupun disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan denganinfeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.


·      Faktor-faktor pada individu :
1.    Faktor genetic
Adanya antigen limfosit manusia (HLA) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodimonoklonal dengan status reumatikus.
2.    Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jeniskelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satujenis kelamin.
3.    Golongan etnik dan ras 
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demamreumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orangkulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkanmerupakan sebab yang sebenarnya.
4.    Umur 
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demamreumatik/penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan padaanak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atausetelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksistreptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwapenderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
5.     Keadaan gizi dan lain-lain
 Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakahmerupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
6.      Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding selstreptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin inimendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
·      Faktor-faktor lingkungan :
1.      Keadaan sosial ekonomi yang buruk 
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisiuntuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yangsudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosialekonomi yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah denganpenghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobatianak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biayauntuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
2.     Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkandidaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwadaerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang didugasemula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebihtinggi daripada didataran rendah.
3.     Cuaca
 Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi salurannafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

C.    Patofisiologi
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yangpasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.

D.    Tanda dan gejala
Penderita penyakit jantung reumatik umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.
Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik. Demam reumatik merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama jantung, sendi, otak dan jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik bervariasi tergantung organ yang terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala ini berlangsung satu sampai enam minggu setelah infeksi oleh Streptococcus. Gejala klinis pada penyakit jantung reumatik bisa berupa gejala kardiak (jantung) dan non kardiak. Gejalanya antara lain:
·         Gejala penyakit jantung reumatik :
o   (infeksi dan peradangan jantung) adalah komplikasi paling serius dan kedua paling umum dari demam reumatik (sekitar 50 %). Pada kasus-kasus yang lebih lanjut, pasien dapat mengeluh sesak nafas, dada terasa tidak nyaman, nyeri dada, edema (bengkak), batuk atau ortopneu (sesak saat berbaring)
o  Pada pemeriksaan fisik, karditis (peradangan pada jantung) umumnya dideteksi dengan ditemukannya bising jantung (gangguan bunyi jantung) atau takikardia (jantung berdetak lebih dari 100x/menit) diluar terjadinya demam
o  Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan perikarditis (radang selaput jantung)
o  Pasien dengan diagnosis demam reumatik akut harus dikontrol sesering mungkin karena progresifitas penyakitnya
I.     Manifestasi klinis

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat dibagidalam 4 stadium.

ü  Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.Keluhan: Demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, muntah, diare, peradangan padatonsil yang disertai eksudat.
ü  Stadium II 
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus denganpermulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
ü  Stadium III 
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat initimbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik/penyakit jantung reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum danmenifesrasi spesifik demam reumatik/penyakit jantung reumatik.Gejala peradangan umum: Demam yang tinggi, lesu, anoreksia, lekas tersinggung, beratbadan menurun, kelihatan pucat, epistaksis, athralgia, rasa sakit disekitar sendi, sakitperut.
ü  Stadium IV 
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpakelainan jantung/penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa. 
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katupjantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapatmengalami reaktivasi penyakitnya.

Manifestasi Klinik menurut Jones (1982)

Mayor
Minor
1. Carditis
1. Fever
2. Poliarthritis
2. Arthralgia
3. Chorea
3. Pernah mengalami gagal ginjal
4. Erythema marginatum
4. LED tinggi
5. Nodul Subcutaneous
5. C-Reactive Protein/CRP (+)

6. Leukositosis

7. Interval PR memanjang

Diagnosis RHD menurut Udjianti (2010) ditetapkan berdasarkan didapatkannya hal-hal sebagai berikut:
1.      2 manifestasi mayor
2.      1 manifestasi mayor dan 2 manifestasi minor




E.     Pengkajian keperawatan
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :
1.     Fungsi jantung
2.     Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap pembatasan aktivitas
3.     Status nutrisi
4.     Tingkat ketidaknyamanan
5.     Gangguan tidur
6.     Kemampuan klien mengatasi masalah
7.     Hal-hal yang dapat membantu klien
8.     Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien) tentang pemahaman pasien

Pengkajian :
1.     Keluhan utama
Menanyakan riwayat kesehatan klien dengan menanyakan adanya keluhan-keluhan utama yang dirasakan antara lain : sesak nafas, nyeri sendi yang berpindah-pindah, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), dll.
2.     Riwayat penyakit
Menanyakan kepada pasien berapa lama penyakit ini timbul, menanyakan pada pasien apa saja karakteristik gejala yang dirasakan, menanyakan lokasi dimana pasien merasakan sakit atau nyeri, menanyakan berat atau ringan rasa yang dirasakan, serta menanyakan mulai timbulnya penyakit jantung reumatik. Menanyakan pada pasien  apakah dulu pernah  terkena penyakit yang dirasakannya saat ini, menanyakan pasien. Menanyakan kepada pasien atau keluarga apakah didalam keluarga pasien terdapat salah satu yang mengidap penyakit jantung reumatik.

3.     Monitor komplikasi jantung
4.     Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap
diastole
5.     Tanda-tanda vital
Mengkaji tekanan darah pasien, suhu tubuh, pernafasan, dan tekanan nadi pasien
6.     Kaji adanya nyeri
7.     Kaji adanya peradangan sendi
8.     Kaji adanya lesi pada kulit

F.     Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul :
1)        Penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup )
2)        Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
3)         Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran synovial
4)         Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung
5)         Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
6)         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
7)         Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest .
8)        Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.
9)        Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat
10)    Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea.



G.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1
Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas
Setelah dilakukan askep 4x24  jam Klien menunjukkan respon pompa jantung efektif dg
Kriteria Hasil:
·  menunjukkan vena sentral. dan (TD, nadi, ritme normal, nadi perifer kuat)
·  melakukan aktivitas tanpa dipsnea dan nyeri
·  edema ekstremitas berkurang
·  perfusi perifer adekuat
Cardiac care: akut
      Kaji vena sentral, bunyi, fkekuensi, dan irama jantung.
      Kaji keadaan kulit (pucat, cianois)
      Pantau seri EKG 12 lead
      Catat urine output
      Posiskan pasien supinasi dg elevasi 30 derajat dan elevasi kaki
      Berikan oksigen.
     Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk istirahat
Monitoring vital
      Pantau tekanan darah, denyut nadi dan respirasi
Monitoring neurologikal
      Kaji perubahan pola sensori
      Catat adanya letargi dan cemas
Manajemen lingkungan
      Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
      Batasi pengunjung
2
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2
Setelah dilakukan askep 3x24 jam Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dgn KH:
·  Klien mampu
aktivitas minimal
·  Kemampuan aktivitas meningkat secara bertahap
·  Tidak ada keluhan sesak nafas dan lelah selama dan setelah aktivits minimal
Terapi aktivitas :
Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas
     Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
     Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningktkan aktivitas
     Tetap menyertakan oksigen saat aktivitas.
Monitoring Vena sentral
     Pantau vena sentral pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas selama 3-5 menit.
Energi manajemen
     Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai energi cukup untuk melakukannya.
     Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
Manajemen nutrisi
     Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi

Emosional support
     Berikan reinfortcemen positip bila ps mengalami kemajuan
3
Pola nafas tidak efektif b.d. kelemahan
Setelah dilakukan Akep 1x24 jam, pola nafas pasien menjadi efektif dg
Criteria hasil:
·  menunjukkan pola nafas yang efektif tanpa adanya sesak nafas, sesak nafas berkurang
Respiratory monitoring:
     Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk bernafas.
     Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot Bantu dan retraksi dinding dada.
     Monitor suara nafas
     Monitor kelemahan otot diafragma
     Catat omset, karakteristik dan durasi batuk
     Catat hail foto rontgen
4
Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
Setelah dilakukan askep 3x24 jam pasien akan menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
Kriteria hasil:
·  Tidak menunjukkan peningkatan JVP
·  Tidak terjadi dyspnu, bunyi nafas bersih, RR; 16-20 X/mnt
·  keseimbangan cairan adekuat
·  Bebas dari edema
Fluit manajemen:
      Kaji lokasi edem dan luas edem
      Atur posisi elevasi 30-45 derajat
      Kaji distensi leher (JVP)
      Monitor balance cairan

Fluid monitoring
     Ukur balance cairan minimal 24 jam sekali
      Ukur V/S sesuai indikasi
      Timbang BB jika memungkinkan
      Awasi ketat pemberian cairan
      Observasi turgor kulit (kelembaban kulit, mukosa, adanya kehausan)
     Monitor serum albumin dan protein total
     Monitor warna, kualitas urine
5
Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, prosedur invasive, edem
Setelah dilakukan askep 5x24 jam tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dibuktikan dengan status imune klien adekuat,
mendeteksi risiko dan mengontrol risiko.
Konrol infeksi :
     Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
      Batasi pengunjung bila perlu.
      Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
     Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
     Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
     Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
     Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
      Lakukan dresing infus setiap hari.
      Tingkatkan intake nutrisi.
      berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi
     Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
     Monitor hitung granulosit.
     Monitor kerentanan terhadap infeksi.
     Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
     Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
     Dorong masukan nutrisi dan cairan yang adekuat.
     Dorong istirahat yang cukup.
     Monitor perubahan tingkat energi.
     Dorong peningkatan mobilitas dan      latihan.
     Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
     Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
     Laporkan kecurigaan infeksi
6
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya b/d kurang terpapar terhadap informasi, terbatasnya kognitif
Setelah dilakukan askep 1x24  jam, pengetahuan klien meningkat dengan criteria hasil :
 Klien / keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan.
·  Klien dan keluarga kooperatif dan mau kerja sama saat dilakukan tindakan
Teaching : Dissease Process
     Kaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
     Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin
     Sediakan informasi tentang kondisi klien
     Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan klien
     Sediakan informasi tentang diagnosa klien
     Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
     Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
     Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
     Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
     Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
     Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
     Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
     Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
      kolaborasi dg  tim yang lain.
7
Sindrom defisit Self care b.d kelemahan, penyakitnya
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 5x24 jam kebutuhan pasien sehari hari terpenuhi dengan criteria hasil :
  Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari makan, moblisasi secara minimal, kebersihan, toileting dan berpakaian bertahap
·  Kebersihan diri pasien terpenuhi
Bantuan perawatan diri
     Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri
     Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan
     Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri
     Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
     Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
     Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin
     Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
     Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.